Kata “gemoy” menjadi salah satu fenomena menarik dalam Pilpres 2024. Istilah ini sering dikaitkan dengan sosok Prabowo Subianto, capres nomor urut 02, yang sebelumnya dikenal dengan citra tegas dan berwibawa.
Asal Muasal “Gemoy”
Istilah “gemoy” berasal dari bahasa Jepang “gemu” yang berarti “imut” dan “kawaii” yang berarti “lucu”. Kata ini kemudian digabungkan menjadi “gemoy” dan populer di kalangan anak muda Indonesia untuk menggambarkan sesuatu yang menggemaskan dan mengundang rasa sayang.
Awal Mula “Gemoy” Melekat Pada Prabowo
Penggunaan kata “gemoy” untuk menggambarkan Prabowo pertama kali muncul di media sosial TikTok. Sebuah video yang menunjukkan Prabowo berjoget dengan ekspresi ceria diiringi musik kekinian diiringi dengan caption “Prabowo Gemoy”. Video tersebut menjadi viral dan banyak dibagikan oleh pengguna media sosial lainnya.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan “Gemoy” Melekat Pada Prabowo
Beberapa faktor yang menyebabkan “gemoy” melekat pada Prabowo:
- Upaya Pencitraan Tim Kampanye: Tim kampanye Prabowo memanfaatkan media sosial untuk mencitrakan Prabowo sebagai sosok yang lebih relatable dan dekat dengan anak muda. Penggunaan kata “gemoy” merupakan salah satu strategi untuk menarik simpati dan dukungan dari kalangan milenial.
- Perubahan Gaya Komunikasi: Prabowo terlihat lebih santai dan humoris dalam beberapa kesempatan dibandingkan dengan citranya di masa lalu. Hal ini membuat publik melihat Prabowo dari sisi yang berbeda dan lebih mudah diterima.
- Kedekatan dengan Tokoh Muda: Prabowo terlihat lebih sering berinteraksi dengan tokoh-tokoh muda dan influencer di media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa Prabowo terbuka terhadap perubahan dan ingin menjangkau pemilih muda.
- Kesuksesan Program “Prabowo Menyapa”: Program “Prabowo Menyapa” yang diadakan di berbagai daerah memungkinkan publik untuk berinteraksi langsung dengan Prabowo. Hal ini membuat publik lebih mengenal sosok Prabowo secara personal dan melihat sisi humanisnya.
Dampak “Gemoy” Pada Elektabilitas Prabowo
Penggunaan kata “gemoy” pada Prabowo diyakini memiliki dampak positif pada elektabilitasnya, terutama di kalangan pemilih muda. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei yang menunjukkan bahwa elektabilitas Prabowo meningkat di kalangan milenial.
Kritik Terhadap Penggunaan Kata “Gemoy”
Beberapa pihak mengkritik penggunaan kata “gemoy” pada Prabowo karena dianggap tidak sesuai dengan citra pemimpin dan terkesan menciderai nilai-nilai kepahlawanan.
Kesimpulan
Penggunaan kata “gemoy” pada Prabowo merupakan fenomena menarik yang menunjukkan perubahan strategi komunikasi politik dan upaya untuk menjangkau pemilih muda. Kata “gemoy” telah menjadi bagian dari citra Prabowo di Pilpres 2024 dan memiliki pengaruh pada elektabilitasnya.